Jumlah Eosinofil Darah Tepi dan Mukosa Hidung pada Penderita Rhinitis Alergika di RS Dr. Muwardi Solo
Abstract
Eosinophile is an alergic indicator especially in rhinitis alergic disease found increase an eosinophile on either capillary blood or nasal mucosa dominantly. The aim of this research was to know the correlation of the capillary blood and nasal mucosa eosinophil amount. The reseach conducted in Muwardi hospital, Surakarta with 70 samples that consist of 40 rhinitis allergica and 30 controls. The data analyzed by chi square test and correlation by Pearson product moment.
The result of this research showed there was an eosinophil amount difference between samples and controls significantly (p < 0,05). The amount of eosinophile on capillary blood positive correlated with nasal mucosa significantly (p< 0,05). The conclusion of this research was the increasing amount of eosinophile on capillary blood followed by increasing on nasal mucosa.
Â
Â
Keywords
Full Text:
PDF (Indonesian)References
Adams, G. L, Boies, L. R dan Higler, P. A (1994). Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. editor : Harjanto Effendi, R. A. Kuswidayati Santoso. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Arjatmo Tjokronegoro, A Endang Purnomowati, Mustopo Widjaja, Indrawati Gandjar, Yani Herawati (1991). “Kadar IgE total dan Jumlah Eosinofil pada Beberapa Kelompok Umur Orang Nonatopik Indonesia di Beberapa Tempat di Jakartaâ€. Medika. 2 : 17 : 99-100.
Azhar Tanjung, Krisna W Sucipto (1998). “Hubungan Berat Asma Atopik dengan Alergen Tungau pada Uji Kulit dan IgE Totalâ€. Majalah Kedokteran Indonesia. 48 : 7:261.
Budiman (1983). “Jumlah Eosinofil Darah Tepi dan Eosinofil Mukosa Hidung pada Rhinitis Alergikaâ€. Laporan penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Hal : 2-8.
Deny P Machmud, Teti Madiadipoera, dan Iwin Sumarwan (1993). “Rhinitis Alergika di 2 Sekolah Dasar Daerah Kumuh Kotamdya Bandungâ€. Majalah Kesehatan Bandung. 25 : 4 : 155-15.
Hendro Wahjono (1991). “Tinjauan Mengenai Mediator Farmakologi Aktif sebagai Landasan Informatif Mekanisma Alergiâ€. Majalah kedokteran universitas diponegoro. 26 : 2 : 125-126.
I Made Gede Darma S (1997). “Penatalaksanaan Rhinitis Alergika di RS dr. Sardjitoâ€. Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Hal : 10-11.
Iwin Sumarman (1997)†Eosinofil Total san Eopsinofil Teraktifkan Mukosa Hidung sebagai Indikator Tingkat Kemangkusan Imunoterapi Spesisfik Rhinitis Alergika Kronisâ€. Majalah Kedokteran Bandung. 29 : 1 : 75-76
Iwin Sumrman (1998). “Jenis-jenis Alergan Hirup Utama dan Hubungannya dengan Tingkat Gejala Rhinitis Krnoik Alergis Gejala Kuat dan Sangat Kuat†Majalah Kedokteran Bandung. 31:2:83-85.
Karnen Garna Baratwidjaja (1991). “Penyakit Alergi, Tantangan dan Harapan†Majalah Kedokteran Indonesia 41: 7:381.
Martin A S. Steiningh C A L, and Koephe J A (1998). The Eosinophil. In: Clinical Hematology Principal Procedures Correlation. Ed: Anne Stiene Martin Lippincopt Philadelphia-New York P:132
Meliana Zailani (1993). “Efek Terhadap Jumlah Eosinofil Darah Tepiâ€. Majalah Kedokteran Indonesia. 43 : 10:469-560
Moqbel R and Becker A B (1999). The Human Eosinabel. In : Clinical Hematology. Ed : William and William A Waverly Company Baltimore Philadelphia. P:36
N.C. Hughes-Jones, S.N Wckramasinghe (1995). Catatan Kuliah Hematologi edisi 5. editor: dr Kuswidiayati Sanmtoso. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Orathai Jirapongsanuruk and Pakit Vichyanond (1998). “ Nasal Cytology in The Diagnosis of Alergic Rhinitis In Children†Annlas of Allergic Ashma and Immunology. 80 iss 2 pp:165-169.
Refbacks
- There are currently no refbacks.